Sejarah Batik Betawi: Motif, Perkembangan, dan Sentra di Kampung Terogong

source: Woman Indonesia

Batik Betawi sering kali terlupakan dalam perbincangan mengenai kain tradisional Indonesia. Keberadaannya tak sepopuler batik dari Yogyakarta, Solo, atau Pekalongan. Padahal, Betawi memiliki sejarah batik yang kaya dengan corak khas yang merepresentasikan budaya masyarakat Jakarta. Sayangnya, akibat minimnya regenerasi dan metode penyimpanan yang buruk, banyak motif batik lawas Betawi yang hilang ditelan zaman.

Menurut budayawan Yahya Andi Saputra, setidaknya terdapat 10-15 corak asli Batik Betawi yang tidak ditemukan di daerah lain. Beberapa di antaranya adalah motif Tiga Negeri dan Buket yang merupakan perpaduan budaya Indonesia dan Tionghoa. Selain itu, ada motif Pagi Sore, Seser Hujan, dan Ler Ciliwung yang memiliki nilai estetika dan filosofi tersendiri.

Bambu Kuning, Motif Khas Batik Betawi

source image: http://sentrabatiklasem.com/batik-lasem-sekar-bambu-hijau-kuning/

Dari sekian banyak motif Batik Betawi, Bambu Kuning menjadi yang paling ikonik. Motif ini sempat menjadi identitas utama batik Betawi pada masa jayanya. Sayangnya, akibat putusnya regenerasi, keberadaannya pun semakin sulit ditemukan. Bahkan kolektor kain budaya seperti Ibu Haji Emma Amalia Agus Bisri tidak sempat memilikinya.

Pada abad ke-19, Batik Betawi cukup populer di Batavia. Sentra perbatikan saat itu tersebar di beberapa wilayah seperti Tanah Abang, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, dan Tebet. Produksi batik berkualitas tinggi banyak dihasilkan oleh rumah mode Van Zuylen dan Met Zellar, yang dikenal mampu memadukan teknik membatik dengan bahan kimia dan nabati. Batik yang dihasilkan rumah mode ini biasanya digunakan oleh kalangan elit Belanda, Cina, dan pribumi.

BACA  Pencils for Africa dan Segenggam Asa untuk Pendidikan di Afrika

Keunikan Batik Betawi dari Segi Warna dan Ragam Hias

Batik Betawi memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dari batik daerah lain. Dari segi warna, batik ini cenderung menggunakan warna terang seperti merah, oranye, biru, dan hijau sebagai warna dasar. Berbeda dengan batik klasik seperti dari Yogyakarta atau Solo yang dominan dengan warna gelap. Pewarnaan Batik Betawi masih menggunakan bahan kimia, tetapi untuk batik berkualitas tinggi, pewarnaan dilakukan dengan bahan alami seperti babakan kayu, secang, kunyit, mengkudu, dan nila.

Dari sisi ragam hias, Batik Betawi banyak terinspirasi dari budaya lokal. Misalnya, motif Kerak Telor yang menggambarkan makanan khas Jakarta, motif Monas, Penari Yapong, Roti Buaya, alat musik Tanjidor, hingga Kue Pepe. Pola batiknya cenderung abstrak, namun tetap menarik dan khas. Bahkan motif Kerak Telor sempat tampil dalam ajang Indonesia Cultural Fashion 2016 di Amsterdam, membuktikan daya tarik batik ini di kancah internasional.

Awal Perkembangan Batik Betawi

Pada zaman dahulu, motif batik Betawi banyak dipengaruhi oleh alam dan budaya sekitar. Misalnya, motif Pemandangan dan dedaunan yang merepresentasikan keindahan lingkungan Jakarta. Motif khas lainnya adalah Pucuk Rebung yang memiliki akar budaya Betawi paling kuat, karena merupakan hasil akulturasi budaya Cina, Arab, Jawa, dan Eropa.

Namun, seiring berjalannya waktu, motif batik Betawi mengalami perkembangan. Kini, motif batik tidak hanya terinspirasi dari alam dan kebudayaan, tetapi juga dari bangunan, kendaraan, dan ikon khas Jakarta seperti Bajaj, Delman, dan Bus TransJakarta. Tidak seperti batik keraton yang memiliki pakem tertentu, Batik Betawi lebih fleksibel dan terbuka untuk inovasi. Salah satu motif lawas yang masih lestari hingga kini adalah motif Ondel-Ondel yang dipercaya sebagai simbol penolak bala.

BACA  Mengapa Bahasa Tagalog Mirip Bahasa Indonesia? Peneliti Mengungkapkan Ini!

Kampung Batik Betawi Terogong, Sentra Batik di Jakarta

Sebagai upaya melestarikan batik khas Betawi, pemerintah dan masyarakat setempat mengembangkan Kampung Batik Betawi di Jalan Terogong III, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Tempat ini menjadi pusat produksi, edukasi, dan wisata batik di ibu kota.

Begitu memasuki area Kampung Batik Terogong, pengunjung akan disambut dengan suasana khas Betawi. Terdapat berbagai ruangan khusus yang digunakan untuk proses membatik, mulai dari menggambar pola, mencetak batik cap, pewarnaan kain, hingga proses akhir seperti melorot lilin dari kain. Kampung ini juga memiliki showroom yang memamerkan hasil karya pengrajin. Harga kain batik di sini bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung teknik pembuatannya.

Kehadiran Kampung Batik Betawi Terogong menjadi bukti bahwa warisan budaya ini masih bisa terus berkembang dan bersaing dengan batik daerah lain. Dengan semakin banyaknya inovasi dalam motif dan pemasaran, diharapkan Batik Betawi dapat kembali berjaya dan lebih dikenal oleh masyarakat luas.

By Faisol Abrori

Tertarik menulis beragam hal seperti bisnis, teknik marketing, dan lain sebagainya. Untuk keperluan kerja sama, kirim email ke: faisolabrori5@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *