Mengenal Ta’Butaan, Kesenian Asli Jember yang Mulai Terlupakan

kesenian ta'bhutaan jember

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan bahasa dan juga budaya. Keberagaman ini mencerminkan kekayaan dan kompleksitas bangsa yang terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku bangsa. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi, bahasa, pakaian, tarian, musik, dan kuliner yang unik, menciptakan mozaik budaya yang memesona, termasuk salah satunya tarian Ta’butaan khas Kabupaten Jember yang nasibnya kini mulai terlupakan.

Ta’Butaan sendiri merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jember, sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kesenian ini merupakan salah satu warisan budaya yang kaya akan nilai historis dan seni. Namun, sayangnya, Ta’Butaan kini mulai terlupakan dan jarang dipentaskan.

Sejarah Kesenian Ta’Butaan


Ta’Butaan berasal dari tradisi masyarakat agraris di Jember yang berakar kuat pada budaya Madura. Nama “Ta’Butaan” sendiri berasal dari kata “tabu,” yang dalam bahasa Madura berarti “tabuh” atau “memukul.” Di sisi lain, ada yang mengatakannya berasal dari kata “Bhuta” yang artinya raksasa, sebagaimana kostumnya yang sangat besar layaknya raksasa. Kesenian ini pada awalnya merupakan bagian dari ritual adat yang dilakukan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pertunjukan Ta’Butaan biasanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti musim panen atau acara perayaan desa. Kesenian ini melibatkan berbagai elemen, termasuk musik, tari, dan nyanyian yang dimainkan oleh para seniman lokal. Ta’Butaan juga berfungsi sebagai sarana komunikasi dan penyampaian pesan moral serta sosial kepada masyarakat.

Menurut penuturan lisan pemangku Ta’butaan yang berasal dari keturunan Buyut Nyami yang merupakan pendiri desa Kamal, mulanya Ta’Butaan muncul di balik krisis pangan pada masa lalu akibat hama wereng dan belalang selama enam tahun berturut-turut. Nah, pada tahun keenam ada sepasang suami-istri dengan tangan terikat di pinggang, menari berkeliling desa diiringi tabuhan lesung yang biasanya digunakan untuk menumbuk padi. Sejak saat itu, krisis pangan berangsur-angsur hilang dan keadaan kembali normal.

BACA  Pencils for Africa dan Segenggam Asa untuk Pendidikan di Afrika

Untuk menghindari terulangnya paceklik, warga kemudian membuat sepasang boneka sebagai sosok simbolis dalam ritual bersih desa setelah panen raya, yang kemudian disebut Ta’Butaan. Prosesi Ta’Butaandilakukan setiap tahun sekali, menampilkan penari yang berada dalam boneka raksasa terbuat dari bambu yang dianyam dan diberi pakaian lengkap dengan tangan terikat serta wajah raksasa, yang diarak keliling desa. Sampai sekarang, masyarakat masih berjuang keras agar kesenian ini tetap terselenggara meskipun semakin kurang diperhatikan seiring dengan perkembangan zaman.

Keunikan Ta’Butaan


Ta’Butaan memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari kesenian tradisional lainnya. Salah satu keunikan utama adalah penggunaan alat musik tradisional yang disebut “tabbhu.” Alat musik ini terbuat dari bambu atau kayu dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan atau alat pemukul khusus. Suara yang dihasilkan tabu sangat khas dan menjadi ciri khas utama dari pertunjukan Ta’Butaan.

Selain tabu, pertunjukan Ta’Butaan juga melibatkan alat musik lain seperti kendang, gong, dan suling. Kombinasi alat musik ini menciptakan irama yang dinamis dan harmonis, yang mengiringi gerakan tari para penari. Tarian dalam Ta’Butaan biasanya menggambarkan aktivitas sehari-hari masyarakat agraris, seperti bercocok tanam, memanen padi, dan merayakan hasil panen.

Kostum yang dikenakan para penari juga sangat khas. Mereka mengenakan pakaian tradisional yang berwarna-warni dan dilengkapi dengan aksesoris seperti selendang dan ikat kepala. Setiap gerakan tari dan musik dalam Ta’Butaanmemiliki makna simbolis yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat Jember.

Kesenian Ta’Bhutaan merupakan salah satu kebudayaan Jember yang harus dilestarikan. Kedepannya, besar harapan budaya ini dapat dilindungi, dipromosikan, serta dijaga dengan baik oleh pemerintah Kabupaten Jember, dan masyarakat pada umumnya juga diharapkan mampu melestarikan kesenian ini dengan baik, agar tidak hilang begitu saja.

BACA  Viral Potret Sebuah Objek Mirip Seekor Naga di Google Maps
By Faisol Abrori

Tertarik menulis beragam hal seperti bisnis, teknik marketing, dan lain sebagainya. Untuk keperluan kerja sama, kirim email ke: faisolabrori5@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *