Nyala Api Kreativitas Abadi dan Semangat 33 Tahun JNE yang Menginspirasi

Dari Tulisan Hingga Jadi Pundi-pundi Penghasilan

Bagiku, menulis bukan hanya persoalan bagaimana merangkai kata hingga menjadi baris-baris yang padu, namun menulis adalah tentang bagaimana kita hidup dan “mengabadikan” diri melalui tulisan tersebut, sebagaimana ungkapan Latin yang seringkali dosenku katakan, “verba volant, scripta manent“, artinya “ucapan akan hilang, sementara tulisan akan tetap (abadi)“. 

Sejak kecil, aku memiliki ketertarikan tersendiri pada dunia tulis-menulis. Entah tak ingat pasti kapan tepatnya, namun yang jelas semenjak SD, aku mulai memberanikan diri menulis beberapa puisi dan syair sederhana di sela-sela jam istirahat sekolah. Menulis sudah menjadi sahabat karib yang mengisi waktu luangku, setidaknya agar lebih produktif.

Beberapa guru dan teman menyarankan agar aku mengirimkan karya ke koran-koran dan majalah, siapa tahu dapat honor. Maklum, kala itu aku tergolong siswa kurang mampu, jadi tak ada salahnya untuk mencoba peruntungan, pasti akan sangat membantu perekonomian keluarga. 

Tulisan, demi tulisan mulai aku kirimkan kepada surat kabar, namun tak kunjung mendapatkan balasan. Saat itu, rasanya aku ingin menyerah saja dan beranggapan bahwa tulisanku sepertinya memang tidak menarik untuk dibaca khalayak umum, buktinya tak ada satu pun media massa yang melirik karyaku. 

Namun, di tengah keputusasaan tersebut, aku merasakan masih ada energi yang bergejolak dalam diriku untuk terus menulis, menumpahkan semua ide yang tak berhenti berputar di kepala. Beruntung, saat itu aku menemukan cara baru untuk mewadahi hal tersebut, yakni menulis melalui platform blog. Sama seperti media pada umumnya, bedanya yang ini secara online.

Sejak mengenal blog, aku menemukan banyak hal baru seputar dunia kepenulisan, mulai dari tips dan trik menulis di dunia maya, relasi sesama penulis yang semakin luas, dan berbagai hal menarik lainnya, termasuk kesempatan untuk bekerja sama dengan perusahaan nasional, multi-nasional, hingga internasional. Menurutku, ini adalah bonus tak ternilai bagi seseorang yang “gila” menulis sepertiku.

BACA  Cara Mencari Ide Konten dengan Google Trends, Begini Triknya!

***

Perjalanan menulisku tak selalu berjalan mulus. Meski banyak yang mendukung untuk terus menulis, namun tak sedikit pula orang yang menentang, termasuk dari keluarga dan sanak saudara. Rasanya seperti hancur seketika tatkala mendapati orang terdekat mengatakan bahwa menulis adalah hal yang sia-sia, setidaknya seperti itulah yang aku rasakan.

Bukannya padam, semangatku justru semakin menggelora untuk membuktikan kepada mereka, bahwa apa yang aku lakukan merupakan hal yang bermanfaat, tidak seperti yang mereka bayangkan. Alhasil, pada 2016 silam, aku berhasil mencetak buku kumpulan puisi pertamaku berjudul “Sebait Rindu”, yang diterbitkan secara gratis, karena naskahku lolos seleksi di salah satu penerbit. Betapa bahagianya!

Buku Pertama dan Kebahagiaan Tiada Tara

Puncaknya, saat kurir JNE sedang mengantarkan paket eksemplar buku ke rumah, aku harap cemas kalau-kalau paket tersebut tidak sampai, bisa sirna harapanku untuk membuktikan pada keluarga tentang hasil usahaku selama ini. Untungnya, ketakutanku tidak terbukti sama sekali, malahan aku justru mendapati paket buku yang terbungkus rapi tanpa ada lecet sedikit pun.

Buru-buru aku mengucapkan “terima kasih” kepada bapak kurirnya, dan bersiap untuk membuka paket yang istimewa tersebut. Memegang buku sendiri untuk pertama kalinya masih terasa seperti mimpi bagiku, aku tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan beserta haru yang bercampur aduk di waktu yang bersamaan.

Bergegas kutunjukkan buku tersebut kepada kedua orang tua dan mereka terlihat begitu bahagia memandangi buku tersebut. Itu merupakan sebuah momen yang menjadi titik balik sehingga membuat orang tuaku lebih toleran terhadap hobi menulis . 

Seiring berjalannya waktu, mentalku semakin lama semakin membaja, lewat berbagai lomba blog yang begitu kompetitif. Meski banyak gagal yang harus ditelan, namun dari situ aku terus-menerus belajar dan memperbaiki kekurangan. Hingga di tahun 2017, kegigihanku membuahkan hasil. Karyaku terpilih menjadi pemenang utama dan berhak mendapatkan satu buah smartphone keluaran terbaru.

BACA  Tips Jitu Beli Meja Kantor di Toko Online Agar Tak Salah Pilih

Wah, bahagianya bukan maen! Ini artinya, ada peningkatan kualitas yang signifikan dari tulisanku, sehingga memenangkan hati juri ketika membacanya. Aku tak menampik, saat itu smartphone-ku rusak dan aku benar-benar membutuhkan yang baru untuk mempermudah mobilitas sehari-hari. Alhamdulillah, Tuhan mengabulkan.

Hadiahku mulai dipacking, dan aku diberi nomor resi JNE untuk memudahkan trackingNah, tepat di hari estimasi paket kirimanku akan sampai, aku tunggu notifikasi whatsapp bapak kurir JNE-nya yang mengabarkan sedang dalam perjalanan menuju rumah. 

Setelah kubuka kotak tersebut, aku bergumam “wah, cantiknya, warnanya biru laut mengkilau, persis seperti impianku.” Terima kasih kurir JNE sudah mengantarkan hadiahku dengan aman.

33 Tahun JNE Berdiri, Pancarkan Semangat ke Penjuru Negeri

Tak bisa dipungkiri, keberadaan layanan ekspedisi berperan penting dalam memperkokoh industri kreatif  Tanah Air. Aku misalnya, yang kerap menggunakan ekspedisi JNE untuk mengirimkan buku karyaku kepada pembeli, atau untuk keperluan penerimaan hadiah menulis pun biasanya juga dikirim melalui JNE.

Bagiku, terdapat kebahagiaan tersendiri ketika hasil karya kita bisa dinikmati oleh orang lain apalagi diapresiasi, dimana hal itu menjadi suatu penyemangat untuk bisa menghasilkan karya-karya yang lain. Atau jika dikritik pun, aku sangat berterima kasih, karena itu dapat membantuku untuk memperbaiki apa yang masih dirasa kurang. Intinya, aku bahagia banget ketika karyaku berhasil sampai di tangan pembaca.

Oleh karena itu, untuk memastikan buku sampai dengan selamat di tangan pembaca, aku memilih ekspedisi via JNE. Memilih JNE untuk mengirimkan karya bukanlah sebuah kebetulan. Perusahaan jasa ekspedisi yang satu ini memiliki komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai-nilai perusahaan seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, dan visioner. Terbukti, selama ini aku merasa puas dengan layanan JNE, karena bapak kurirnya selalu ramah, pengantaran tepat waktu, sehingga memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan.

BACA  Berlibur ke Bali, Intip 10 Rekomendasi Oleh-oleh Khas Bali dan Tips Memilihnya

Selama 33 Tahun berkiprah di Indonesia, JNE sukses merepresentasikan “connecting happiness” kepada semua pihak, termasuk menghubungkan kebahagiaan antara aku sebagai penulis dan pembaca sebagai penikmat karya. Semoga kedepannya makin banyak penulis-penulis muda di tanah air yang dapat menyebarkan karya-karyanya melalui jasa pengiriman JNE, sehingga industri kreatif Tanah Air dapat berkembang pesat hingga kancah global.

Akhir kata, menulis akan selalu menjadi nyala semangat yang tak pernah padam bagiku, bahkan jika aku harus berkali-kali gagal, aku akan berusaha bangkit kembali untuk membuktikan bahwa aku bisa memberikan karya terbaik bagi semua orang. Hal ini sebagaimana representasi semangat JNE yang tak pernah redam untuk menghubungkan kebahagiaan seluas-luasnya bagi bangsa dan negara guna mewujudkan Indonesia Maju. 

#JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 

#GasssTerusSemangatKreativitasnya

By Faisol Abrori

Tertarik menulis beragam hal seperti bisnis, teknik marketing, dan lain sebagainya. Untuk keperluan kerja sama, kirim email ke: faisolabrori5@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *