Moral Di Persimpangan Pragmatisme Dunia

source image: Pexels/Quý Nguyễn

FAISOL.ID – Zaman bergerak cepat. Nilai dan norma yang dulu dijunjung tinggi perlahan dipertanyakan, bahkan ditanggalkan. Dalam banyak aspek kehidupan, prinsip mulai kalah oleh kebutuhan dan idealisme tunduk pada realitas.

Kita hidup dalam era pragmatisme, di mana pertanyaan paling sering diajukan bukan lagi “Apakah ini benar?” melainkan “Apakah ini menguntungkan?” atau “Apa keuntunganku jika aku melakukannya?”

Pragmatisme, sejatinya bukanlah musuh. Ia lahir dari keinginan manusia untuk menyesuaikan diri, mencari jalan keluar yang paling efisien di tengah tantangan hidup yang kompleks. Di dunia yang tak pasti, sikap pragmatis bisa menjadi solusi yang realistis.

Namun yang menjadi masalah adalah ketika pragmatisme menjelma menjadi pembenaran atas segala cara. Hari ini manusia hidup seperti mesin kalkulasi untung-rugi, bukan lagi sebagai makhluk bermoral.

Kita menyaksikan para pemimpin yang dulu lantang menyuarakan perubahan, perlahan melunak setelah duduk di kursi kekuasaan. Mereka bilang, kompromi diperlukan. Tapi terlalu banyak kompromi justru menghapus kompas moral.

Di kampus, mahasiswa yang dahulu semangat menolak ketidakadilan kini sibuk menyesuaikan diri dengan pasar kerja. Di jalanan, pedagang kecil ditindas oleh sistem, lalu diminta realistis menerima nasib.

Di ruang-ruang digital, perdebatan etis kalah oleh algoritma. Kita semua, sadar atau tidak, sedang diseret masuk ke dalam arus pragmatisme kolektif yang kian deras.

Lalu, apakah berarti idealisme sudah mati? Tidak juga. Masih banyak yang berjuang menjaga prinsip di tengah tekanan. Masih ada guru yang mengajar dengan hati, meski gajinya pas-pasan. Masih ada aktivis yang konsisten membela yang lemah, walau tanpa sorotan kamera. Masih ada penulis, seniman, pendeta, ustaz, biksu, dan tokoh masyarakat yang menolak menjual suara mereka demi kepentingan jangka pendek. Tapi suara mereka makin pelan, kalah oleh gegap gempita dunia yang memuja hasil instan.

BACA  Uang Bukan Segalanya, Tapi Segalanya Butuh Uang

Di dunia kerja, pragmatisme sering kali dipuja sebagai “profesionalisme”. Tapi di balik label itu, sering tersembunyi sikap apatis. Orang-orang tidak lagi peduli pada nilai, selama target tercapai.

Maka jangan heran jika kita melihat keanehan menjadi hal yang biasa: produk yang tidak etis tetap laris, pejabat yang bermasalah tetap dipilih, dan mereka yang keras kepala dalam menjaga prinsip malah dianggap penghalang kemajuan.

Kata-kata seperti “jangan baper”, “yang penting jalan”, atau “realistis sajalah” menjadi mantera yang membungkam nurani.

Namun dunia tidak bisa bertahan hanya dengan logika untung-rugi. Kita tetap butuh orang-orang yang mau melangkah walau tidak langsung mendapat imbalan. Sebab jika semuanya ditentukan oleh pragmatisme, kita akan kehilangan arah: hukum akan melayani kepentingan, politik akan jadi dagang, pendidikan akan jadi industri, dan cinta akan jadi transaksi.

Kita tidak sedang memusuhi realitas. Hidup memang tidak mudah. Tapi di tengah tekanan hidup, kita tetap punya pilihan. Menolak pragmatisme yang membutakan bukanlah sikap keras kepala, tetapi bentuk keberanian menjaga akal sehat dan nurani.

Refleksi ini bukan untuk menghakimi mereka yang memilih jalan pragmatis. Kita semua, pada titik tertentu, pernah tergoda atau bahkan menyerah pada pilihan yang praktis. Tetapi yang penting adalah tetap sadar bahwa ada prinsip yang tetap harus dijaga, meski dunia menyuruh kita untuk menyerah.

Pragmatisme boleh menjadi cara, tapi jangan sampai menjadi satu-satunya alasan kita hidup. Sebab hidup bukan hanya tentang sampai tujuan, tetapi tentang bagaimana kita berjalan. Dan di sanalah nilai menjadi kompas yang tak boleh kita tanggalkan—sekalipun jalan itu sunyi, berat, dan tidak menjanjikan keuntungan apa-apa, selain kedamaian hati.

By Faisol Abrori

Tertarik menulis beragam hal seperti bisnis, teknik marketing, dan lain sebagainya. Untuk keperluan kerja sama, kirim email ke: faisolabrori5@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *