FAISOL.ID – Desa Wonojati saat ini berada di persimpangan antara menjaga nilai tradisi dan menjawab tuntutan modernisasi. Di tengah dinamika tersebut, muncul sosok Bunda Bibah, figur yang tak sekadar maju sebagai calon kepala desa, tetapi juga membawa harapan baru bagi warga melalui visi kepemimpinan yang mengakar dan bertanggung jawab.
Sebagai Putri H. Ahmadun, Bunda Bibah dikenal memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember. Kedekatan historis dan pemahaman mendalam terhadap karakter sosial masyarakat menjadi modal penting dalam narasi kepemimpinannya. Visi yang ia usung terangkum dalam semangat “Bersama Bunda Bibah, Sejahtera Bersama”, sebuah ajakan kolaboratif untuk membangun desa secara inklusif dari tingkat keluarga hingga pemerintahan desa.
Menurut tim pemenangan, visi tersebut diterjemahkan dalam empat pilar strategis yang dirancang berdasarkan persoalan riil masyarakat Wonojati, bukan sekadar janji populis menjelang pemilihan.
Dorong Kemandirian Ekonomi Warga

Pilar pertama berfokus pada peningkatan derajat ekonomi warga melalui pendekatan humanis terhadap pelaku UMKM. Bunda Bibah menilai bahwa potensi kewirausahaan masyarakat Wonojati masih besar, namun belum terkelola secara optimal.
Program yang ditawarkan menitikberatkan pada pendampingan usaha dan akses permodalan melalui optimalisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Alih-alih bantuan tunai jangka pendek, warga diarahkan memperoleh pembinaan manajemen usaha agar mampu bertahan dan berkembang secara mandiri.
Selain itu, tim Bunda Bibah juga menyiapkan konsep jembatan digital berupa platform pemasaran desa. Melalui program ini, produk UMKM Wonojati akan didorong memiliki standar branding dan kemasan agar mampu bersaing di pasar regional hingga platform e-commerce.
Infrastruktur untuk Kualitas Hidup

Pilar kedua menyasar perbaikan infrastruktur sebagai investasi jangka panjang bagi mobilitas dan kesehatan warga. Fokus pembangunan tidak hanya pada perbaikan jalan desa, tetapi juga pembenahan sistem drainase secara terpadu.
Pendekatan ini diharapkan dapat memutus siklus kerusakan jalan akibat banjir dan genangan air yang kerap terjadi. Selain itu, pemenuhan hak dasar warga seperti akses air bersih dan penerangan jalan desa juga menjadi prioritas, terutama bagi wilayah terpencil.
Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintahan

Komitmen terhadap pemerintahan yang bersih menjadi pilar ketiga dalam visi Bunda Bibah. Ia menilai kepercayaan publik hanya dapat dibangun melalui transparansi dan keterbukaan informasi.
Salah satu langkah yang direncanakan adalah mempublikasikan APBDes secara terbuka, baik melalui papan informasi di ruang publik maupun kanal digital desa. Warga diharapkan dapat memantau langsung penggunaan anggaran dan realisasi program.
Di sisi pelayanan, Bunda Bibah berkomitmen menerapkan standar operasional prosedur yang ketat di Kantor Desa guna memastikan layanan publik berlangsung cepat, sederhana, dan bebas dari pungutan liar.
Kepemimpinan yang Mengayomi

Pilar keempat menekankan peran pemimpin desa sebagai pengayom. Bunda Bibah berkomitmen mengaktifkan kembali Musyawarah Desa (Musdes) yang partisipatif dan inklusif, melibatkan seluruh elemen masyarakat, mulai dari pemuda, perempuan, hingga petani.
Musdes tidak hanya diposisikan sebagai forum penyampaian aspirasi, tetapi juga ruang bersama untuk merancang solusi pembangunan desa.
Dalam pesan pembukaannya, Bunda Bibah menyampaikan, “Bismillah sambung doa saudara, sahabat, teman, tetangga, dan semuanya,” ucapnya dengan penuh semangat.
Dengan empat pilar tersebut, Bunda Bibah menawarkan arah baru tata kelola Desa Wonojati yang lebih kuat secara ekonomi, merata dalam pembangunan infrastruktur, serta bersih dan akuntabel dalam administrasi. Kini, masyarakat Wonojati menanti bagaimana visi tersebut akan diwujudkan ke depan.
(Red/isol)


